Hahaha >.< ini dia salah satu masterpiece ku yang berhasil mendapatkan juara, juara 1 lagi >.<
Entahlah, aku tak mengerti mengapa pihak juri memutuskan cerpen ku sebagai pemenang pertama.. Yang jelas, ini adalah lomba yang diadakan oleh Cabang Djazman Al-kindi (organisasi IMM se-cabang) Bidang Keilmuan untuk memperingati hari Valentine. Eh, ngga ding bukan Valentine nya yang diperingati, tapi bagaimana sikap kita sebagai orang muslim dalam menghadapi maraknya perayaan hari Valentine.
Oke! langsung saja cekidot ke TKP!!! >.<
Eh-eh itu-itu si Juand mau lewat sini! Gimana penampilan gue? Oke
kan?" Seeperti biasanya ketika ia melihat Juand tangan nya secara
refleks merapihkan rambutnya yang menjuntai indah.
Spontan
teman-teman Deby pun mencibirnya. "Dari dulu muka lo ya gitu-gitu aja
Deb! Mau Juand lewat kek mau nggak kek." Celetuk salah seorang teman
nya. Kontan yang lain pun tertawa mendengar nya.
Deby cemberut, "Dasar syirik aja lu! Nggak bisa liat orang seneng ya?"
Tak salah Deby berkelakuan seperti itu jika ia melihat Juand, karna Juand termasuk one of famous male in his school, tentu saja salah satunya karna parasnya tampan, belum lagi sejuta prestasi dan bakat yang di milikinya.
Tapi
entah mengapa Juand tak pernah menanggapi para perempuan yang berusaha
mendapatkan perhatian dari nya. Tak seorang pun dari mereka yang
berhasil mendekatinya, entah dia tidak meyadari bahwa dirinya salah satu
dari one of famous male atau hanya berpura-pura. Yang jelas tak
pernah sekali pun ia menggubris tawaran dan ajakan-ajakan dari
teman-teman perempuan nya.
Jika diberi sesuatu pun ia tak pernah
menolak, ia memang menerimanya tapi setelah itu ia memberikannya pada
siapa saja yang ditemuinya, tentu saja kepada teman lelaki nya,
terkadang tak jarang ia memberikannya pada satpam sekolahmaupun petugas
kebersihan.
Entahlah, mungkin ini seperti di sinetron-sinetron yang sering kalian lihat, tapi kenyataannya memang seperti ini.
Dan
satu hal lagi yang membuat para perempuan histeris terhadapnya,
walaupun ia selalu dikerubuti oleh perempuan tak pernah sekali pun ia
mencuri-curi kesempatan untuk bersentuhan langsung, ia berusaha menjaga
jarak dengan mereka.
Bersentuhan saja tidak pernah apalagi berpacaran.
***
"Gimana Ca? Udah lo siapin coklat sama kartu nya?"
"Beres. Pokoknya lo tenang aja Deb, serahkan semuanya sama gue!"
"Sip!" Senyum sumringah pun tersungging di wajah Deby.
"Oke!
Pokoknya kali ini nggak boleh gagal, pokoknya kali ini gue harus
berhasil megang tangan nya Juand!" Ujar Deby penuh optimistis.
"Tapi
Deb, emang nya lo yakin apa Juand mau pergi sama lo waktu malam
valentine? Kayak lo nggak tau aja sih image dia selama ini kayak apa,
jangankan jalan sama cewek, pegang tangannya aja nggak pernah."
"Kali ini gue yakin pasti berhasil, karna gue punya kartu jackpot yang bisa gue manfaatin." Debby makin optimis.
"Yakin lo? Apaan?"
"Rahasia dong, susah-payah nih gue nyari infonya, masa lo dengan mudahnya denger gitu aja dari gue?"
Bulan
febuari memang identik dengan hari Valentine atau hari kasih sayang,
tak salah jika para remaja sedang sibuk-sibuk nya mencari pasangan untuk
date on that night.
Tak ketinggalan Deby, ia sedang gencar-gencarnya melakukan aksi pengajakan Juand agar bisa date dengan nya di hari Valentine.
Walaupun Juand termasuk one of famous male banyak perempuan
yang tak mencantumkan nama Juand dalam daftar target, mereka mundur
secara teratur, menyerah sebelum berperang, tentu saja mereka tak ingin
membuang-buang waktu, lebih baik mencari yang pasti, dari pada
memimpikan seseorang yang jelas-jelas tak ingin.
Dan entah kartu jackpot apa yang dimiliki Deby sehingga dia bisa seyakin itu Juand pasti menerima tawaran nya.
***
Tanpa sadar mata Juand membelalak kaget karna melihat seseorang berdiri di hadapan pintu rumahnya. Sepertinya aku mengenalnya? Tapi siapa? Batin Juand.
"Halo Juand! Ini gue Deby!" Sapa Deby, senyum nya merekah seperti bunga matahari yang sedang mekar.
Ternyata Deby, Juand
kembali membatin. Ia hanya tersenyum tipis dan mengangguk seadanya.
Juand menunggu untuk beberapa detik, tapi cewek di hadapan nya belum
juga menyingkir dari depan pintu rumahnya.
"Permisi, bisa minggir sebentar mba?"
"Juand lo nggak sopan banget sih! Masa ada tamu nggak lo persilahkan masuk?"
Juand menghela nafas keras, "Gimana mau masuk kalo mba mengahangi jalan masuk nya?"
"Jadi gue boleh masuk nih?" Senyum Deby makin sumringah. Juand mengangguk.
Setelah Deby bergeser dari posisinya Juand pun memasuki rumahnya diikuti oleh Deby di belakangnya.
"Eh
tapi Juand, ngomong-ngomong jangan panggil gue mba dong, gue kan juga
temen sekelas lo, masa lo panggil gue mba sih? Jadi berasa tua nih gue."
Juand tak menanggapi ucapan Deby. "Duduk aja dulu, saya mau ganti baju sebentar."
Deby mengangguk.
Beberapa menit kemudian Juand kembali dengan pakaian yang berbeda. "Ada perlu apa?"
Deby
segera menyerahkan coklat dan kartu yang telah di persiapkannya. Tapi
untuk beberapa saat tangannya tergantung di udara karna Juand belum
mengambil pemberiannya.
"Ini buat lo!" Deby semakin memajukan tangannya yang memegang coklat dan kartu.
"Buat saya?" Tanya Juand, Deby mengangguk.
Juand
mengambil surat dan coklat nya, tapi tanpa perlu membaca nya ia sudah
meletakkan nya di meja ruang tamu. "Maaf mba saya nggak bisa." Ujar
Juand langsung.
"Dibaca dulu dong wan surat nya, emang nya lo tahu isi surat nya apa-an?"
Juand
tetap teguh pada pendiriannya, ia tak menyentuh lagi surat dan
coklatnya, apalagi sampai membaca suratnya, "Maaf, tapi saya bener-bener
nggak bisa mba, lagipula saya udah punya acara lain pada hari itu."
"Oke
kalo lo nggak bisa. Tapi lo harus tahu satu hal! Gue tahu rahasia
terdalam yang lo sembunyiin, dan jangan salahin gue kalo besok kabar
tentang lo udah beredar di sekolah!"
Juand terkejut, tapi ia
berusaha menyembunyikannya, dan berpura-pura tidak mengerti dengan apa
yang dikatakan oleh deby. "Saya nggak ngerti mba ngomong apa?"
Deby
mendesah. "Yah, gue sih terserah lo aja, pokoknya gue tahu semua
tentang lo dan orang tua lo! Gue tahu kalo sebenernya lo..." Juand
menutup kedua telinga dengan jari tangannya. Ia tak ingin mendengar apa
yang dikatakan oleh Deby karna ia tahu apa yang ingn dikatakan olehnya.
"Jadi, pokoknya gue udah ngingetin lo. Lo nggak mau kan reputasi lo di
sekolah jadi jelek karna gue tahu rahasia lo?"
Juand semakin
tertegun, ia yakin Deby tak hanya sekedar membual, ia yakin Deby
benar-benar tahu tentang rahasia yang selama ini berusaha di
sembunyikannya. Dan akhirnya tanpa disadarinya ia pun mengangguk pelan.
"Baiklah, kalau itu mau mba."
Senyum licik Deby tersungging di wajahnya.
***
Hari
demi hari berlalu, dan ini yang membuat Juand semakin ketakutan, ia
takut walaupun ia menerima permintaan Deby, belum tentu Deby bisa
menepati janjinya. Ia takut Deby akan tetap membocorkan rahasia nya pada
teman-teman satu sekolahnya.
Akhirnya, tibalah tanggal 14 febuari...
Sesuai rencana Juand tak akan menjemput Deby, mereka akan bertemu di restoran Jepang favorit Deby.
Setibanya
di halaman restoran, ia mengitarkan pandangannya, dan melihat dekorasi
restoran yang sudah disesuaikan dengan tema hari ini. Tiba-tiba matanya
menangkap siluet punggung Deby yang sedang menanti nya. Juand
memperlambat langkahnya, berharap bumi saat itu juga bisa menelannya
sehingga ia tidak harus menghabiskan malam ini bersama Deby.
Entahlah, mungkin karna rahasia yang dimilikinya ia berusaha menjaga jarak dengan perempuan mana pun.
Tiba-tiba, saat ia hendak mencapai pintu restoran, ada seseorang yang menarik tangannya dan mengajaknya berlari.
Walaupun
ia tak mengerti dan tak tahu siapa seseorang yang menarik nya, ia terus
berlari. Juand tak bisa melihat jelas orang yang saat ini sedang
mengajaknya berlari karna ia menggunakan kostum serba hitam dan ia juga
mengenakan topi hitam.
Setelah beberapa menit berlalu, dan ketika
Juand merasa bahwa mereka sudah berlari cukup jauh ia pun menghentikan
pelarian nya dan melepas topi seseorang di hadapannya. Saat itu juga
rambut panjang nya terurai di punggungnya. Dan ia pun menoleh pada
Juand.
"Lita?" Juand benar-benar terkejut. Lita adalah tetangga
samping rumahnya sekaligus satu-satunya perempuan yang bisa berteman
dengan Juand dari mereka kecil. Tapi ketika di sekolah, mereka
berpura-pura tak saling mengenal satu sama lain.
Lita juga menghentikan larinya, sesaat ia membungkukan badannya dan mengambil nafas keras-keras, kelelahan setelah berlari.
"Iya Wand ini gue!"
"Kok?" Juand benar-benar speechless.
"Ceritanya panjang. Mendingan sekarang lo temuin nyokap lo di tempat biasa. Dia udah dari tadi tuh nungguin lo."
"Nggak! Saya nggak bakal pergi sebelum kamu jelasin semuanya!"
"Gue kan udah bilang Wan ceritanya panjang! Udah deh mendingan sekarang lo pergi temuin nyokap lo!"
Juand bersikukuh, ia tetap menunggu di tempatnya, menunggu Lita menjelaskan semuanya.
"Oke!
Kalo lo emang bersikukuh buat denger penjelasan gue." Lita mendesah
sejenak, lantas kembali melanjutkan ceritanya. "Gue minta maaf karna gue
Deby jadi tahu semua rahasia lo."
Kali ini Juand benar-benar speechless.
Karna
ia tak melihat reaksi dari Juand akhirnya ia kembali melanjutkan
pengakuan dosanya. "Iya Wand gue yang cerita semuanya ke Lita tentang
bonyok lo, tentang lo yang sebenarnya anak haram, tentang seorang pilot
yang mengalami kecelakaan dalam penerbangannya yang selama ini
diceritakan sebagai bokap lo padahal kenyataan nya bukan, tentang nyokap
lo yang belum sempet nikah sama bokap lo karna ia mengalami kecelakaan
pesawat, tentang kenapa nama lo bisa Juanda Adisujcipto. Gue yang
cerita semuanya ke Deby." Lita sudah sesenggukan menangis tertahan.
"Tapi kenapa Ta? Selama ini saya percaya sama kamu, cuma kamu satu-satunya perempuan yang saya percaya selain mama. Kenapa Ta?"
"Karna
gue cinta sama lo Wand, dan gue tahu gue nggak bisa milikin lo dan gue
juga tahu kalo selama ini diam-diam lo selalu merhatiin Deby, gue tahu
lo diam-diam suka kan sama Deby? Walaupun lo nggak pernah cerita sama
gue tapi gue tau Wand! Gue tau!" Sejenak ia menghapus air matanya dan
berusaha meredakan tangisannya.
"Tapi lo terlalu takut sama
pengalaman bonyok lo di masa lalu! Lo nggak mau pacaran dan menghindari
cewek-cewek yang ngerubutin lo karna lo berusaha mati-matian menghindari
pemicu perbuatan yang pernah dilakuin sama bonyok lo, lo nggak mau
orang lain ngerasain apa yang lo rasain gimana rasanya sebagai anak
haram. Tapi nggak seharusnya juga lo nutup diri sama perempuan,
menghindari mereka, lama-lama ntar lo bisa phobia tau nggak sama
perempuan kalo kayak gini caranya. Makanya, gue sengaja cerita sama Deby
biar lo bisa ada kesempatan jalan sama dia. Walaupun gue tahu gue
sakit, tapi selama gue bisa ngeliat lo bahagia. Why not?"
"Terima
kasih, tapi saya nggak butuh bantuan kamu. Saya bisa mengatasi masalah
yang saya hadapi. Terima kasih atas 15 tahun yang udah kita lalui
bersama, tapi sekarang saya tahu bahwa sekarang saya tak lagi memerlukan
teman perempuan sekarang di mata saya kamu nggak ada bedanya sama
perempuan-perempuan lain yang nggak tahan melihat lelaki tampan." Juand
sudah berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Lita. Ia sama sekali tak
menyangka akan seperti ini reaksi dari Juand.
"Juand! Tunggu! Kok
lo jadi marah sih sama gue?" Ia meraih pundak Juand, tapi Juand
buru-buru menepis tangan Lita yang berada di pundak nya.
"Dan
sepertinya, 15 tahun pertemanan kita belum cukup bikin kamu mengerti
kebahagiaan seperti apa yang saya inginkan." Tanpa perlu menoleh ia
mengatakan hal itu pada Lita.
Lita hanya terpaku memandang punggung Juand yang semakin menjauhinya.
***
"Mama.
Maaf aku terlambat, tadi aku ada sedikit urusan. Mama nggak pa-pa kan?"
Sekarang Juand sudah berada di restoran favorit Mama nya.
"Nggak
pa-pa kok sayang, tadi Lita sempet bilang sama Mama kalo dia ada
keperluan sedikit sama kamu. Sekarang mana Lita nya? Nggak kamu ajak
sekalian ke sini?"
Juand hanya mengangkat bahunya.
"Ya sudah, Mama nyalain lagi ya lilinnya? Tadi sempet Mama matiin takutnya meleleh."
"Biar
aku aja Ma." Juand mengambil korek nya dan menyalakan dua lilin
ber-angka 3 dan 5, usia Mama nya saat ini. Setiap tanggal 14 febuari
Juand memang selalu merayakan hari kasih sayang, tetapi bukan dengan
teman perempuannya, melainkan merayakan ulang tahun Mama nya.
***
0 komentar:
Posting Komentar