Kemarin, lepas perayaan
hari raya qurban, sebelum memulai pelajarannya ada satu dosen yang
memberikan sebuah wejangan yang cukup menarik mengenai berqurban di
hari raya Idul Adha.
Beliau bilang,
“Sebenarnya semua dari kita bisa menjadi Nabi Ibrahim, yang harus
rela membunuh anaknya sendiri. Mengorbankan darah dagingnya sendiri,
Nabi Ismail. Tetapi sejatinya, Allah tidak pernah menyuruh Nabi
Ibrahim untuk membunuh Nabi Ismail, membunuh di sini hanya makna
secara harfiah saja. Makna yang sesungguhnya adalah Allah ingin
melihat pengorbanan dari Nabi Ibrahim. Pengorbanan untuk melepaskan
dan merelakan sesuatu/seseorang yang dicintainya. Yaitu Nabi Ismail.
Allah cemburu, cemburu karna Nabi Ibrahim lebih mencintai buah
hatinya ketimbang Sang Maha Mencinta. Allah ingin melihat seberapa
ikhlas dan rela Nabi Ibrahim melepaskan sesuatu yang dicintainya.
Rasa cinta Nabi Ibrahim kepada Nabi Ismail lah yang ingin diuji oleh
Allah. Rasa cinta seorang ayah kepada buah hatinya. Buah hati yang
sekian puluh tahun dinanti-nantikan kehadirannya.
Begitu pun dengan kita,
masing-masing dari kita juga bisa menjadi Nabi Ibrahim. Harus
berqurban melepaskan sesuatu/seseorang yang kita cintai. Perumpamaan
untuk Nabi Ismail nya pun bisa bermacam-macam. Bisa keluarga, harta
benda, jabatan, bahkan diri kita sendiri. Terkadang kita lupa,
terlalu asyik dengan definisi cinta yang semu, tapi lupa dengan Yang
Maha Menciptakan Cinta.
Sudahlah, nak, bukankah
sekarang mata kuliah Ketrampilan Seni Rupa? Mengapa sekarang malah membahas tentang
cinta-cintaan ini? Hehehe...” sambil terkekeh pelan beliau
mengakhiri wejangannya.
Ah, beliau benar. Maksud
ringkasnya adalah, ‘Mencintai seadanya, tidak perlu berlebihan.
Agar tidak berat ketika masanya harus melepaskan. Kita tidak tahu
kapan sesuatu/seseorang yang kita cintai akan terenggut.’
Dan satu lagi, ‘jangan
melebihi kecintaan terhadap apapun melebihkan cinta kita kepada-Nya.’
Tapi.. sepertinya aku masih amat sangat jauh untuk bisa sampai level
ini. Allah dulu. Allah lagi. Allah terus.
0 komentar:
Posting Komentar