Rabu, 18 Februari 2015

Novel "Only You 너 만 " part`1

Diposting oleh salmasara.blogspot.com di 04.06


*Bab 1*
Jung Na Ra_
Pagi ini lagi-lagi aku harus merelakan waktu ku yang berharga untuk terlambat ke sekolah baru ku, Yaengguk High School. Padahal terlambat benar-benar bukan mau ku! Sama sekali bukan! Ini semua karna ulah Hye Jung oppa, uri sae oppa [1], setiap pagi selalu seperti ini.
Entah apa yang sedang dilakukannya, yang jelas, aku sudah duduk manis di atas kursi makan dan ia masih berada di kamarnya. Ku lihat jam tangan ungu yang melingkar manis di pergelangan tangan, 10 menit lagi bel Yaengguk High School berbunyi, sedangkan perjalanannya saja membutuhkan waktu 20 menit, aku mendesah resah.
Padahal baru 1 bulan aku berada di Yaengguk  High School, tapi sudah 5 kali aku mendapat hukuman karna keterlambatan ku, mulai dari berdiri di tengah lapangan  hingga membantu pekerja kebersihan selama istirahat. Aku tak kuasa membayangkan hukuman apa yang harus ku lakukan kali ini. Arght...aku mengerang pelan, ini semua karna Hye Jung oppa. Aku pun menggebrak meja makan sebagai pelampiasan amarahku.

“Ehm,” Hye Jung oppa berdeham, membuyarkan lamunan ku.
Aku tersentak kaget, bukan, bukan karna ia berteriak, karna oppa tak pernah sekalipun berteriak, ia selalu bersuara kecil dan dalam. Aku terkejut karna tiba-tiba ia muncul dihadapanku, lalu dengan satu sentakan cepat ia menarik kursi makan dan duduk di atasnya.
Seperti biasa hanya kesunyian yang mengisi ruang makan, yang terdengar hanya irisan roti panggangnya. Ku lirik ia sekilas, ia terlihat makan dengan santai, tanpa perasaan bersalah sedikit pun membiarkanku menunggunya terlalu lama.
Aku sungguh tak tahan lagi. Akhirnya kuberanikan diri berkata, “oppa, tak bisakah kau mempercepat aktifitas pagi mu?” suaraku terdengar lirih, tapi aku yakin ia pasti mendengarnya.
Aku melihatnya dengan ekor mataku, menanti apa reaksinya, ia melirikku sekilas dengan malas, kemudian kembali menyuapkan roti berselai coklat ke mulutnya.
“Apa urusan mu?” Ujarnya akhirnya.
“Aku tahu itu memang bukan urusan ku, tapi lama-lama menjadi urusanku karna ketika Hye Jung oppa berlama-lama, itu berarti aku juga harus terlambat. Sudah 5 kali aku terlambat, dan, hari ini genap keenam kalinya.” Saat aku mengatakannya aku tak berani melihat ke arah nya, yang kulakukan hanyalah menunduk memandang hampa roti panggang ku, mencacahnya menjadi serpihan-serpihan kecil.
Aku fikir ia akan membalas ucapanku, ternyata tidak. “Sedang kau apakan roti mu? Yang bisa kau lakukan hanya hal-hal yang tidak berguna.” Ternyata hanya itu yang ia katakan.
Ia mengambil gelas susu miliknya lantas meneguknya sampai habis, kemudian membersihkan mulutnya dengan celemek makan, mengambil tas dan jas kerjanya. Lantas dengan santai bangkit berdiri meninggalkanku yang masih meneguk segelas susu ku, aku belum beranjak berdiri. Ia yang baru beberapa langkah berjalan menghentikan langkahnya, “Tak ingin pergi?” Ia mengatakannya tanpa perlu menoleh ke arahku.
Aku berdiri dengan gerakan yang tidak biasa, gerakan yang seolah-olah memberi tahunya bahwa aku sedang marah. Namun karna tidak hati-hati aku pun tersandung kaki kursi dan akhirnya jatuh terpeleset. Sambil meringis kesakitan aku mengambil tas sekolahku, dengan gerakan perlahan aku berdiri dan berjalan menghampirinya.
Seperti biasa, selama perjalanan hanya kesunyian yang mengisi.
***
Lee Hye Jung_
Lagi-lagi ia sudah duduk manis diatas kursi makannya, selalu dengan ekspresi yang sama setiap harinya. Kau mau tau seperti apa tampangnya saat ini? Akan ku deskripsikan sekarang juga, tampangnya benar-benar seperti katak yang sedang hamil muda dan menderita mual-mual ingin muntah tapi tak kunjung keluar.
Yah, seperti itulah tampangnya saat ini dan beberapa pagi yang lalu, yang lalu dan yang lalu. Aku juga yakin setiap pagi tampangnya akan selalu seperti ini, dengan muka mengernyit menahan penderitaan, tapi bingung dengan apa yang harus dilakukannya.
Aigo [2], mengapa dia harus hadir dalam kehidupanku? Mengapa harus dia? Mengapa bukan yang lain? Dan mengapa kecelakaan itu harus terjadi?
Aku mengeluh pelan mengingat kecelakaan itu. Hah, sudahlah, tak perlu aku mengingatnya lagi, toh peristiwa itu sudah berlalu sejak satu tahun silam.
“Ehm,” Aku berdeham pelan.
Sepertinya ia terkejut, tapi hanya diam saja. Baguslah, begitu lebih baik, karna biasanya ia  membalas ucapanku dengan dengungannya yang benar-benar seperti lebah mendengung. Aku menikmati roti panggangku dengan santai.
Oppa, tak bisakah kau mempercepat aktifitas pagi mu?” ia berkata lirih. Aku melirik malas ke arahnya, lantas berkata, “apa urusan mu?”  
 “Aku tahu itu memang bukan urusan ku, tapi lama-lama bla-bla-bla…” Nah-nah-nah, benar kan apa kataku? Ia sudah memulai dengungannya yang seperti lebah. Aku tak tahu apalagi yang ia katakan, sekarang ia malah mencacah roti panggangnya menjadi serpihan-serpihan kecil.
 “Sedang kau apakan roti mu? Yang bisa kau lakukan hanya hal-hal yang tidak berguna.” Ia kembali menggumamkan sesuatu yang benar-benar membuat telinga ku gatal.
***
Jung Na Ra_
Hye Jung oppa atau lebih tepatnya Lee Hye Jung memang oppa ku, tapi bukan oppa kandungku. Sudah empat bulan aku tinggal bersamanya, aku tak tahu apa yang menyebabkanku harus tinggal bersama orang yang menyebalkan sepertinya.
Yang aku tahu lima bulan lalu saat aku terbaring lemah tak berdaya di rumah sakit, tanpa mengingat apapun yang terjadi, jangankan apapun yang terjadi, dengan namaku saja aku lupa.  Ia selalu datang menjengukku, menjenguk menurut versinya sendiri. Karna apabila ia datang menjengukku, yang ia lakukan hanya mengintip dari jendela, atau paling tidak melongokkan kepalanya sedikit di pintu kamarku, lantas menanyakan kabarku pada dokter yang bertugas merawatku.
Aku sendiri awalnya tak mengerti dengan apa yang dilakukannya. Bahkan aku sempat berfikir bahwa ia adalah orang tak waras yang berkeliaran di rumah sakit. Hingga akhirnya orang yang selama ini ku kira orang gila malah menjadi kakak angkatku. Bahkan harus tinggal serumah dengannya.
Aku tak mengerti mengapa aku harus tinggal bersamanya, bahkan harus menganggapnya sebagai oppa ku sendiri. Sampai dokter yang selama ini merawatku bersedia menjelaskan semuanya padaku. Dokter Joong Jun, dokter Park Joong Jun, menjelaskan bahwa aku adalah korban kecelakaan dari Hye Jung oppa dan aku mengalami gegar otak parah. Maka dari itu hakim menjatuhkan vonis hukuman pada Hye Jung oppa untuk merawat dan menjagaku, jika ia lalai sedikit saja dalam menjagaku maka ia akan dipenjara.
Aku tak ingat apa-apa tentang uri gajok [3], aku tak tau apakah mereka juga korban dari kecelakaan itu. Dokter Joong Jun tidak menceritakan bagian yang itu, aku pernah bertanya padanya. Tapi hanya senyuman menenangkan yang ku dapatkan. Ah, aku jadi teringat senyumnya yang selalu bisa menentramkan hatiku, senyuman seorang oppa yang ingin menenangkan yodongsaengieyo [4]
Satu bulan di rumah sakit bersamanya membuatku tahu sedikit banyak tentangnya, ia seorang dokter yang baik. Walaupun usianya berbilang muda tapi ia sudah menjadi  yang hebat. Tanpa sadar bibirku menyunggingkan senyum tipis.
Neo! Bueorago isseoyo?[5]Lagi-lagi suara itu datang mengagetkanku.
Ternyata mobil sudah terparkir manis di depan sekolahku, entah sejak kapan. Kulirik sekilas ke arahnya, ia malah dengan santainya memainkan gadget nya.
Aku pun bergegas menuju sekolah ku.
***
you can read this one too >> 2 
Happy Reading^^

[1] Saudara lelaki tiri ku.
[2] Ya Tuhan
[3] Keluarga ku.
[4] Adik perempuannya.
[5] Kau? Apa yang sedang kau lakukan?

0 komentar:

Posting Komentar

 

Girl's Diary Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea