Sabtu, 10 Januari 2015

Cerita UAS `part 1 "Tentang Kejujuran"

Diposting oleh salmasara.blogspot.com di 03.15
UAS?!? Siapa takut?! >.<
Hahaha mungkin kesannya aku terlalu sombong. Tapi, yah~ begitulah...
Yang terpenting adalah tekun belajar, rajin berdo'a, dan serahkan semua pada-Nya.
Satu lagi! Utamakan kejujuran! Ini yang paling penting dan yang harus dijunjung tinggi.
Untuk apa nilai tinggi kalau tidak mengutamakan kejujuran???
Alhamdulillah, sudah sejak kelas 2 MTS hingga sekarang selalu berusaha berlaku jujur setiap ada ujian. Berusaha sebisa mungkin menghindari perbuatan yang melanggar kejujuran, entah itu toleh kanan-kiri, bertanya, apalagi sampai membuat contekan.
Na'udzubillah...
Tau apa alasannya? Hahaha ini semua karna aku pernah tertangkap basah sedang mencontek oleh ustadzah pengawas ujian *nama disamarkan* >.< Dan ini benar-benar pengalaman berharga dan very memorable yang cukup membuat ku jerih untuk mencontek lagi.

Alkisah, ketika aku duduk di bangku 2 MTS, saat itu ujian akhir semester sedang berlangsung. Lebih tepatnya adalah ketika pelajaran Ad-dinul Islam *tauhidiyah* Ada satu soal dimana aku harus menjawab sekaligus mengkaitkannya dengan ayat yang sesuai. Saat itu aku benar-benar buntu, biasanya jari-jemari ku sangat terlatih untuk mengarang jawaban *mungkin karna dari kecil hobi membaca, hal ini memberikan efek terbiasa bagi ku untuk mengarang. Sekali pun mengarang jawaban pada saat ujian >.<* Tapi kali ini aku benar-benar tak berkutik, seolah-olah ini merupakan pukulan telak bagiku. Tau kenapa? Tidak mungkin bukan aku mengarang ayat al-qur'an? Walaupun bisa saja aku menuliskan ayat dari surat-surat pendek yang ku hafal, walaupun tidak sesuai dengan jawabannya.
Tapi entahlah, kali itu aku tidak berfikir sejauh itu...
Dan akhirnya, mata ku menangkap sebuah mushaf al-qur'an mini yang tergeletak di kolong meja. Sambil mencuri pandang ke arah pengawas aku mencoba menarik mushaf tersebut. Setelah berhasil, akhirnya aku membuka secara acak lembar al-qur'an dan mencoba menulis ayat yang tertangkap oleh mata ku.
Jangankan satu kata, satu huruf hijaiyah saja belum ku tulis. Hahaha.. aku terlanjur terpergok oleh ustadzah pengawas. Padahal saat itu tempat duduk ku cukup strategis, pojok belakang! Tapi tetap saja aku tertangkap basah oleh ustadzah pengawas yang notabene beliau duduk di depan.
Ustadzah pengawas bergegas menghampiri tempat duduk ku. "Limadza taftakhiinal qur'an?" yang artinya "Kenapa kamu membuka al-qur'an?" Karna sekolah ku berbasik 2 bahasa, arab dan inggris. Jadilah ustadzah pengawas ku berbicara bahasa arab.
"Ah, anu ustadzah...." sumpah, speechless!
Dan akhirnya... jeng-jeng-jeng.. sang ustadzah pengawas pun berceramah panjang lebar saat itu juga. Berceramah tentang kejujuran dengan menggunakan bahasa arab!
Sontak saja hal ini membuat satu ruangan ujian menoleh ke arah ku. Dan yang lebih membuat ku malu adalah fakta bahwa ujian kali ini aku satu ruangan dengan kakak ku *mba fiqih* sistem ujian di sekolah ku memang memberlakukan anak didiknya untuk sekelas dengan adik maupun kakak kelas.
Beruntung saat itu ustadzah pengawas mengampuni ku, tidak melaporkan kesalahan ku pada pihak yang berwajib. Andai saja memang iya, bisa-bisa aku mendapatkan hukuman berdiri di depan masjid dengan papan kardus bertuliskan kesalahan ku. Sepertinya saat itu ustadzah pengawas cukup puas dengan memberi ku ceramah panjang lebarnya, tanpa perlu melaporkan pada pihak berwajib. Apalagi saat itu aku terbukti benar-benar belum menyalin satu huruf pun contekan ku.
Sepulang dari ujian aku kembali mendapat ceramah, tentu saja dari kakak ku. Karna enggan untuk membela diri, akhirnya aku hanya terdiam sambil sesekali bergumam dan mengangguk.
***
Hahaha, begitulah kisah ku tentang betapa kapoknya aku untuk mencontek, lebih baik mengarang jawaban daripada harus mencontek. Toh, aku selalu berfikir, jika aku tidak bisa menjawab soal ujian bukankah ini salah ku karna kurang giat dan serius dalam belajar? Mengapa aku tidak bisa bertanggung jawab atas kelalaian ku? Mengapa aku malah mencontek?
Andai kau tahu ustadzah, saat itu kau benar-benar memberikan pengalaman berharga bagi ku. Aku enggan mencontek bukan hanya karna khawatir terpergok oleh pengawas ujian, tapi memang karna betapa pentingnya bagi kita untuk menjunjung tinggi kejujuran saat ujian berlangsung. Andai saja saat itu kau melaporkan kesalahan ku, mungkin bukannya hikmah yang ku dapat, yang ada hanyalah dendam karna kekesalan ku..
Terima kasih ustadzah... Mungkin kau sudah lupa peristiwa ini, atau bahkan kau tidak menyadari betapa peristiwa ini melekat dan membekas dalam ingatan ku.. Sungguh terima kasih ustadzah...

0 komentar:

Posting Komentar

 

Girl's Diary Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea