20 tahun. Tepat 20 tahun yang lalu, jam 4 subuh dini hari,
ibu melahirkanku ke dunia. Biasanya ibu yang lebih dulu mengirim sms
mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi kali ini, entah kenapa aku tergelitik
untuk mengiriminya sms lebih dulu.
“Terima kasih ibu :)
sudah melahirkanku. Terima kasih ibu :)
sudah menjadi malaikat pelindungku.”
Lebay? Tidak juga, wajar jika aku berterima kasih pada ibuku
sendiri. Lebay jika aku mengirim sms ini pada ibu temanku. Bukan lebay lagi,
tapi juga aneh!
Ada yang berbeda dengan tanggal 29 November kali ini. Untuk
pertama kalinya, aku memikirkan bagaimana perasaan ibu ketika telah
melahirkanku. Untuk pertama kalinya, aku memikirkan bagaimana perasaan ibu
ketika pertama kali melihatku. Bahagia? Tentu saja! Ibu mana yang tidak bahagia
melihat malaikat kecilnya terlahir ke dunia?
Mungkin, karna terlalu bahagia sampai-sampai bingung
melukiskannya dengan kata-kata.
Terima kasih ibu. Terima kasih karna terus mencintaiku. Terima
kasih karna kau tak pernah lelah menyayangiku. Terima kasih telah menjadi ibu,
teman, sekaligus sahabat berbagi cerita. Terima kasih atas ASI yang telah kau
berikan ketika aku bayi, sehingga aku bisa tumbuh sebesar ini dengan baik dan
sehat. Terima kasih atas masakan yang telah kau masak, sehingga aku tidak
merasakan bagaimana rasanya kelaparan. Terima kasih atas do’a yang tak pernah
lelah kau panjatkan untuk anak-anakmu. Terima kasih atas segalanya.
Ah, kasih ibu memang sepanjang masa. Tapi kasih anak hanya
sepanjang galah.
0 komentar:
Posting Komentar